Dari Beanstalk
Kenyataannya, menjadi seni rupawan tidaklah mudah. Untuk itu dibutuhkan keberanian, kecerdasan tertentu, dan konsistensi berkarya, atau seniman bisa saja lenyap tak berbekas dalam praksis kesenirupaan yang digelutinya.
Seniman muda tumbuh dan tumbang, silih berganti, senantiasa mewarnai sejarah berkesenian suatu kota. Permasalahan laten ini dekat dan menjadi bagian dari keseharian kami. Beanstalk kembali hadir (pameran ketiga) dengan amatannya terhadap fenomena tersebut. Ruang pamer diandaikan sebagai ruang tempat para seni rupawan muda berinteraksi.
Aris Yaitu menampilkan karya instalasi yang berkisah tentang jalan panjang penuh pengorbanan. Dia juga menyajikan sejumlah drawing, yakni permainan bentuk yang terangkai sebagai suatu narasi/cerita. Nasay Saputra konsisten dengan karya-karya komiknya yang sarat kritik. Tommas Titus Kurniawan memamerkan foto-foto surealistik dengan sentuhan grafikal. Ini suatu upaya olah pikir semiotis.
Sosok terakhir ialah Wisnu Baskoro. Dia sempat raib dari Beanstalk karena bingung menentukan masa depannya di dunia seni. Kali ini dia hadirkan karya-karya yang menyuarakan jeritan hatinya sebagai seniman muda di simpang jalan.
Menggeluti dunia seni ibarat menapaki absurditas. Kami cemas, kami bertanya, apakah realistis menggeluti dunia seni.
Pameran ini didedikasikan bagi kawan Baskoro. Welcome home!
Drawing pen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar