Agama, Simbol, Sunyi
Donny Danardono*]
Beanstalk menampilkan foto pop-art, lukisan dan instalasi untuk mendorong orang kembali ke simbol-simbol toleransi beragama yang populer di Indonesia. Tapi, ini yang menarik, bukankah dengan demikian, pada dirinya sendiri, agama tidak selalu merupakan simbol sekaligus jalan ke yang-suci dan perdamaian?
Tapi manusia tak sabar, tak bisa membiarkan yang-maha-lain, yang-tak-terpadankan, yang-tak-terbahasakan, atau yang-suci itu dalam sunyi. Manusia berusaha membahasakannya, memberinya sosok dan meringkusnya dengan membangunkan doktrin-doktrinnya, tempat-tempat ibadah yang megah, dan merayakan hari-harinya.
Manusia telah dan terus menstrukturkan yang-suci atau sunyi itu. Padahal struktur adalah arsitektur kuasa atau siasat. Strukur tak hanya menyederhanakan yang-suci dan sunyi dalam sebuah konsep, tapi juga menandai dan membedakan bermacam bentuknya. Itulah asal dan dasar segala kekerasan atas nama agama.
Sekarang saya bisa menghapuskan kedua “koma” pada judul tulisan ini, sehingga ia terbaca sebagai “Agama Simbol Sunyi”. Agama adalah simbol bagi yang-tak-terbahasakan, bagi yang-suci dan sunyi itu. Kini saya membayangkan Beanstalk berkarya lagi tentang yang-suci dan sunyi itu. Karya-karya yang akan mendorong kerendahan hati dalam bertuhan dan beragama. Sehingga makin banyak orang tak mengklaim konsep sendiri tentang tuhan dan agama sebagai paling baik dan benar.
*] Donny Danardono adalah pengajar filsafat di FH dan PMLP [Program Magister Lingkungan dan Perkotaan] Unika Soegijapranata, Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar